Portal Rumah Belajar

Portal Rumah Belajar
https://belajar.kemdikbud.go.id/

Inspirasi Butet Manurung Merdeka Belajar Part 2

 Hai... Sahabat Rumah Belajar

Sudah baca belum Merdeka Belajar Part I nya? 

Jika belum...  baca dulu ya, di link ini  https://kikinikens.blogspot.com/2020/09/inspirasi-butet-manurung-untuk-merdeka.html  biar nggak bingung awalannya dari mana heheheh..

Okey lets go....

Kita mulai bahas gambar di bawah ini ya....

Pernah nggak sih kita seorang pendidik merasa sudah menguasai tentang apapun untuk diajarkan kepada anak didik kita? Bukan tentan teori pada materi, tapi tentang lingkungan mereka, tentang masalah-masalah yang ada di kehidupan mereka, tentang apa yang dibutuhkan mereka. Sudahkan kita mengajar dengan penuh tanggungjawab. Bukankah kita selalu memandang tujuan sebagai akhir dari penguasaan materi?

Berbeda sekali pandangan itu bagi Butet Manurung. Bagi dia, mengajar itu sarana pendidikan bukan tujuan. Suatu alat bagi dia untuk mengenalkan pendidikan di lingkungan anak. 

Yuk kita simak lagi gambar di bawah....

Bagi Kak Butet "Baca Tulis" tidak harus bisa. Namun perlu di garis bawahi, "BACA TULIS" sangan PENTING untuk berkomunikasi dan memahami aturan main dunia luar. Jika kita tidak menguasainya, maka Si Iblis Bermata Runcing (Baca Part 1) akan membodohi kita dengan mudahnya.

"Dimana bumi di pijak disitu langit di junjung".
Kalimat ungkapan di atas sepertinya cocok bagi kita yang berada di tempat awam atau perantauan. Pernah saya egois untuk tidak mau mempelajari bahasa di tanah rantau. Namun, saya sadar bahwa bahasa merupakan satu-satunya senjata guru untuk berinteraksi dengan para anak didik.

Dulu saat mengabdi di tanah kepulauan Siau Barat Utara Provinsi Sulawesi Utara, ada hal unik yang mereka sering sebut.
"Ibu nyandak bisa kita pe bahasa, dorang punya bahasa, bahasa buku" (Ibu guru tidak bisa bahasa kita, mereka memakai bahasa Indonesia)
Ada yang aneh nggak?  "Bahasa Buku" 
Ya... mereka menyebut bahasa Indonesia adalah bahasa buku. Karena hanya di buku, mereka temui bahasa yang strukturnya hampir sama dengan yang setiap hari saya ucapkan.
Meskipun mereka memahami bahasa yang saya sampaikan, namun terkadang orangtuanya malah sebaliknya. Inilah alasan, mengapa kita seorang pendidik harus mau belajar bahasa dit mana kita ditempatkan untuk mengajar.




Pemikiran Butet Manurung sungguh unik. Dia berkata bahwa setiap daerah memang mempunyai kekhasan dalam mengucapkan suatu kata. Tidak perlu merubah pelafalan tersebut, karena itu sudah merupakan ciri khas mereka. Hanya saja kita perlu menyampaikan, konsonan mana yang tepat, meskipun bagi mereka itu semua sama saja. :)

Berikut ini cara mengajar Butet Manurung yang dapat kita jadikan inspirasi mengajar dimanapun kita berada.










Nah ini yang paling penting.... yuk kita pahami maksud kalimat di bawah ini. . . 

Gimana???

Gimana cara menjawabnya?

Hahahhaha.... hmmmm dunia ini semakin bertambah usia semakin abu-abu.

Kadang yang masternya teori tapi nol dalam melaksanakan prakteknya. Sering menemui nggak?

Oh ya... kenapa sih saya bilang "Dunia ini nampak Abu-abu"?

Mungkin hanya saya yang mempunyai pemikiran, bahwa selama ini yang kita pelajari sejak SD tentang "Benar" dan "Salah" semakin nampak abu-abu seiring bertambah usianya kita. Saat ini "Benar" dan "Salah"  bisa disesuaikan dengan sudut pandang masing-masing orang. Sehingga, saat kita dihadapi suatu masalah, hanya ada jawaban "Benar" dan "Salah" kita akan merasa kebingungan. Teorinya sih "Salah" tapi dalam kehidupan sehari-hari itu "Benar". Bukan kah begitu yang sering kita temukan di kehidupan nyata? Haduh.... malah curhat... maafken ya...

Lanjut dah, tinggal penutup. Kita sima kalimat dibawah ini!

Kalimat yang ringan tapi dalam. Mudah sekali memang mencerna kalimat di atas. Seakan besok saya ingin mengajar dengan bebas, memberikan  manfaat kehidupan anak-anak didik saya saat ini. Namun, kadang hal itu runtuh jika kita menemui materi yang jauh sekali dari lingkungan anak. 

Ingin sekali "Merdeka Belajar" seperti yang diterapkan Butet Manurung.
Mengajar tanpa dibebani dengan capaian-capain kurikulum yang sudah paten.
Mengajar dengan menyesuaikan lingkungan anak didik, sehingga mereka lebih menikmati makna dari belajar.
Namun, perlu kita sadari bahwa kita belum mempunyai mental seperti Butet Manurung. 
Jika benar-benar dibebaskan seperti sekola rimba, apakah kita siap membuat kurikulum sendiri?
Apakah kita siap merancang kompetensi apa saja yang mereka butuhkan?
Apakah kita siap dituntut masyarakat untuk menyelesaikan semua masalah di lingkungan sesuai dengan kurikulum yang dibuat sendiri?
Jika kalian siap, maka bersiaplah menjempuk arti "MERDEKA BELAJAR" sesungguhnya.

Yakinlah... bahwa Pemerintah sudah mengukur kemampuan para guru saat ini. Sehingga, mereka tidak ingin membebani kita terlalu berat.
Tidak ada seorangpun yang ingin pendidikan di negaranya menurun.
Semua sejatinya berusaha untuk memajukan pendidikan menjadi lebih baik lagi.

Dan sudah terbukti....
Portal Rumah Belajar merupakan awal dan akan terus menggiring kita dalam "Merdeka Belajar".
Patut kita apresiasi dan selalu kita dukung program terbaik pemerintah.

Saya bangga menjadi bagian dari Portal Rumah Belajar karena kita semua merupakan Sahabat Rumah Belajar.




#merdekabelajar

#inspirasipendidik

#pembatik

#PembaTIK2020

#rumahbelajar

#kemdikbud




#

 

kiki niken saputri Guru jebolan program SM3T yang ditempatkan di Kepulauan SITARO (Siau Tagulandang Biaro) dilanjutkan menjadi Guru Garis Depan di SDN 1 Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo dan sekarang menjadi TPMPS Binaan LPMP Jatim. Mendapatkan gelar Duta Rumah Belajar 2020 Prov. Jawa Timur

Belum ada Komentar untuk "Inspirasi Butet Manurung Merdeka Belajar Part 2 "

Posting Komentar

Beri komentar positif yang membangun agar penulis tetap termotivasi melanjutkan tulisannya 😊

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel