Portal Rumah Belajar

Portal Rumah Belajar
https://belajar.kemdikbud.go.id/

Inspirasi Butet Manurung untuk Merdeka Belajar di Portal Rumah Belajar

         Mari kita awali dengan mengusut arti "MERDEKA". Merdeka dalam KBBI mempunyai arti "BEBAS". Secara kassar arti dari Merdeka Belajar adalah Bebas Belajar. 

Bebas yang bagaimana? 

Kita sepertinya terbelenggu dengan kata bebas. Mungkin banyak yang setuju, bahwa pandangan bebas dari manusia secara umumnya adalah sesuka hati tanpa batas, sesuai keinginan diri tanpa perlu takut oleh pihak tertentu. 

Seorang pendidik pernah bertanya kepada sang amatir di dunia nyata pada alam virtual (ngeh... paham kan maksudnya)

"Katanya sudah merdeka belajar, apakah guru harus memberikan penilaian sesuai dengan tujuan pembelajaran?"

Kira-kira seperti itulah pertanyaan singkatnya.

Waow... sudah mengarah ke jenjang serius sepertinya heheheh

Tidak cukup sulit untuk menjawabnya, namun dengan adanya pertanyaan tersebut sepertinya masih banyak masyarakat kita terutama pendidik terbelenggu dengan kata "MERDEKA BELAJAR". 

Merdeka belajar yang di prakarsai oleh Mas Menteri Pendidikan sudah memberikan keringanan kita, bagi para pendidik untuk bebas berkreasi dan berinovasi dengan pembalajaran yang akan kita laksanakan. Namun harus tetap terkontrol pada pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh Kurikulum.

Bebas bukan berarti semau kita mengajari atau tidak, membimbing atau tidak, menuntun atau tidak. Bebas bagi kita para guru, lebih mengarah kepada kreativitas dalam mengajari anak. 

Guru sudah diberi kebebasan membuat perangkat pembelajaran sendiri secara bebas, tentunya memuat tujuan pembelajaran yang bebas juga dibuat oleh guru itu sendiri. Sehingga tujuan pembelajaran perlu dicapai dalam penilaian akhir sebagai bahan evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan guru.

Mari kita perhatikan ini!

"Seharusnya Merdeka Belajar itu seperti yang dilaksanakan Sakola Rimba, bukan seperti Kurikulum 2013 saat ini, yang membatasi ruang gerak guru untuk berkreasi!"

Apakah ada yang berpikiran seperti kalimat diatas?

Okelah.... nanti saya jawab, karena dari sini saya mulai mendapatkan jawabannya.

Kuliah Pembatik Level 4 Berbagi kali ini mendapatkan ilmu dari seorang pendiri Sakola Rimba yaitu Kakak Butet Manurung. Beliau begitu menginspirasi dan  memotivasi kami para pendidik bangsa. Nampaknya, peserta tidak ada yang mengantuk, bahkan menguap ketika mendengarkan beliau berbicara, yang ada kami terbelalak takjub dengan kecemerlangannya menghadapi kesulitan dan tetap berjuang untuk meningkatkan pendidikan. 

Coba perhatikan dulu gambar di atas!
Si penulis amatir mempunyai sedikit kesamaan dengan Butet Manurung. Sama-sama pernah masuh di area yang tidak dikenal sama sekali. Ya.... jika si Butet berada di Rimba Bukit Dua Belas Jambi maka penulis amatir ini juga pernah berada di Kaki Karangetang (Gunung Aktif) di Kecamatan Siau Barat Utara Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Provinsi Sulawesi Utara.
Hanya saja, disana masyarakat suda modern, meskipun masih terkendala ketersediaan air, ketersediaan listrik, dan signal handphone atau jaringan internet. 

Pengalaman Butet Manurung mengajari kita, bahwa kita tidak ada apa-apanya terhadap ilmu yang kita tidak ampu. Begitu juga sebaliknya, mereka tidak akan mampu menguasai ilmu yang tidak sesuai dengan kehidupan mereka. Maka mulailah mengajar sesuai dengan lingkungan anak. Pernah suatu hari saya merasakan lelah teramat lelah di pengabdian tempat saya bertugas. Anak-anak yang biasanya nampak tak bisa apa-apa di kelasnya, ternyata begitu sangat hebat di lingkungannya. Melihat gurunya yang ngos-ngosan mendaki gunung menuju rumahnya nampaknya menjadi totonan lucu bagi mereka. Mereka menutup mulut sambil menahan tawa, melihat keringat gurunya sudah mengalir deras mengalahkan aliran sungai saat musim hujan tiba. 
Begitu tersadarnya saya, ini dunia mereka. Mereka mempunyai kehebatan di lingkungan yang merasa berguna bagi mereka. Begitu apatisnya saya, apabila saya tidak mengajari mereka dari lingkungan yang sudah membuat mereka sehebat ini.

Wahai bapak ibu guru pendidik, jangan mencoba merubah mereka untuk mengikuti caramu. Tapi ubahlah caramu mengajar untuk mengikuti mereka.

Mari kita simak, gambar berikut ini!




Saya sangat akui kehebatat Butet Manurung perintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat terasing dan terpencil di Indonesia. Dia benar-benar mendalami kehidupan orang rimba, memikirkan masalah-masalah yang ada, mencatat dengan detail kebutuhan pendidikan mereka, memberikan solusi terhadap masalah mereka melalui Pendidikan. 

Si amatir ini sadari, bahwa kelemahan pendidik jaman now sebut saja saya sendiri, masih belum maksimal dalam membuat analisis di lingkungan siswa yang kita ajari. Sehingga masih terselip rasa apatis guru terhadap pengampaian materi yang kurang sesuai dengan linhkungan mereka.

Apakah para pembaca setia juga merasa seperti saya?
Semoga saja tidak ya...


Mari kita renungkan lagi, Apakah pembelajaran kita selama ini berdampak bagi kehidupan anak-anak kita?

Selama ini kita sudah mengajari mereka mulai dari tingkat dasar, dengan membuang sampah di tempat sampah. Namun, coba kita lihat sekarang, sekeliling mereka bahwa orang terdekat mereka membuang sampahnya sudah biasa di sungai. Apakah orangtua mereka tidak sekolah? Tentunya sekolah gaes.... namun pada prakteknya "KESADARAN" dalam "Mencintai Lingkungan" masih belum ada.

Tugas kita menuntun mereka, namun apabila tidak ada dukungan dari orang terdekat mereka, maka cukuplah kita menyerahkan kodratnya pada Sang Pemilik Garis Kehidupan. Sambil kita memperbaiki cara menuntun kita, agar lebih diterima kebermanfaatannya bagi anak didik kita.



Kata-kata di atas benar-benar sangat nyata.
Jangankan sesuai kompetensi dasar pada kurikulum,bagi guru di daerah terpencil rasanya membuat anak-anak melek huruf merupakan kemenangan yang sungguh luar biasa. Namun, bagi Butet Manurung Literasi bukan hanyak melek huruf tapi melek masalah. Buat apa melek huruf jika tidak bisa mengatasi masalah di sekitarnya.


Ada caption menarik kali ini "SETAN BERMATA RUNCING". Ya... mereka menyebut bolpain atau pensil sebagai setan bermata runcing. Karena alat tersebut membuat hutan mereka dijajah oleh sekelompok orang yang sungguh pintar memperdaya para kaum tak melek huruf tersebut. 
Mungkin, dari situ juga mereka mau belajar memgang setan bermata runcing agar dapat memihak hutan mereka.

Mari kita simak pembahasan berikut ini!







Sadar nggak sih.... bahwa Butet Manurung benar-benar melaksanakan "MERDEKA BELAJAR" di Sakola Rimba.

Apakah kalian siap para pendidik untuk menjadi seperti beliau?
Apakah kita akan benar-benar menyiapkan kontekstual learning pada kegiatan pembelajaran kita?

Kita renungkan, dan tanya pada diri kita masing-masing.
Jika kita menuntuk Merdeka Belajar sebebas-bebasnya di Sekolah Rimba, sudahkah siap kita melebihi apa yang dilakukan Butet Manurung?

Pembahasan selanjunta tak kalah menari, perhatikan ya....


Apakah kalian sependapat ?
Saya sih sependapat, Kenapa ya?
Jangankah anak sekolah rimba, bahkan saya juga mengalami sendiri. 

"SEKOLAH UNTUK PERGI"
Bagi kalian pembaca yang berada di tanah rantau pasti sangat memahami maksud kalimat di atas.
Sekolah tinggi-tinggi, bukannya kembali ke daerah asal malah menetap di perantauan. Di kehidupan sekarang ini, tidak mungkin terelakkan bahwa kita akan memasuki era peralihan. Ada yang Meninggalkan dan ada juga yang Datang. 
Tentunnya kegiatan tersebut bertujuan untuk mempunyai kehidupan yang lebih baik lagi. Sehingga, tidak terelakkan adat istiadat akan terkikis dengan perkembangan zaman. 

Nah... PR kita sebagai pendidik adalah, bagaimana tetap mempertahankan adat istiadat daerah dengan masalah era peralihan tersebut.

Waow.... ternayat sudah sepanjang ini si amatir bercuit....
Okelah akan kita bahas lagi motivasi dari Butet Manurung ini di tulisan selanjutnya...

Saya tunggu komentar positif dan membangun bagi kalian para pembaca saya...

Memberikan komentar dan membagikan ilmu tidak akan mengurangi derajatmu di mata manusia lain apalagi di mata Tuhan, yang ada akan dijunjung dirimu karena sudah berbagi untuk kebermanfaat.

Terimakasih


#SahabatRumahBelajar
#Kemdikbud
#PembaTIK2020
#PembaTIKLevel4
#Merdekabelajar
#Portalrumahbelajar
#butetmanurung
#sekolahrimba
#sakolarimba
#guruberbagi
#gurupenggerak
#inspirasigurumasakini
#inspirasiguru











kiki niken saputri Guru jebolan program SM3T yang ditempatkan di Kepulauan SITARO (Siau Tagulandang Biaro) dilanjutkan menjadi Guru Garis Depan di SDN 1 Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo dan sekarang menjadi TPMPS Binaan LPMP Jatim. Mendapatkan gelar Duta Rumah Belajar 2020 Prov. Jawa Timur

Belum ada Komentar untuk "Inspirasi Butet Manurung untuk Merdeka Belajar di Portal Rumah Belajar "

Posting Komentar

Beri komentar positif yang membangun agar penulis tetap termotivasi melanjutkan tulisannya 😊

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel